Seorang petani memegang bawang merah. ilustrasi PATI - Petani di Kabupaten Pati, Jawa Tengah, mengeluhkan rendahnya harga jual bawang merah karena saat ini harga jualnya hanya Rp per kilogram, sedangkan sebelumnya bisa mencapai Rp per kilogram. "Penurunan harga jual bawang merah mulai terasa pada awal Januari 2020 karena bulan Desember 2019 harga jualnya masih cukup bagus sehingga masih menguntungkan buat petani bawang," kata Ngatawi salah seorang petani asal Desa Pagerharjo, Kecamatan Wedarijaksa, Kabupaten Pati, Senin 13/1. Ia mencatat harga jual bawang merah sebelum pergantian tahun untuk harga bawang merah super mencapai Rp per kg, bawang merah ukuran sedang per kg dan untuk ukuran kecil Rp per kilogram. Sementara saat ini, kata dia, untuk ukuran tanggung saja dijual Rp per kg, sedangkan ukuran besar dijual dan super turun menjadi Rp per kg. Penyebab turunnya harga bawang merah, salah satunya karena banyaknya petani yang memanen diri tanaman bawang merahnya karena khawatir pertumbuhannya kurang baik menyusul cuaca hujan yang mulai meningkat. Akibatnya, stok bawang merah di pasaran melimpah, sedangkan permintaan cenderung stabil sehingga harganya turun. "Ketika tanaman bawang merah terlalu banyak air, maka buahnya cenderung mengecil sehingga hasil panennya juga menurun," ujarnya. Selain itu, saat ini juga banyak hama penyakit yang mulai menyerang karena curah hujan yang cukup tinggi sehingga banyak petani yang memilih panen dini. Kondisi tersebut, mengakibatkan para petani yang menjual bawangnya pada awal 2020 mengalami kerugian secara bervariasi. Ngatawi mengakui kerugian yang dialaminya untuk setiap hektarenya mencapai puluhan juta karena prediksi hasil penjualan bawang merahnya yang baru dipanen tidak sesuai harapan. Sedangkan, biaya produksi yang dikeluarkan per hektarenya hingga Rp 80 juta. Ia mengusulkan untuk mengatasi permasalahan harga jual bawang merah yang anjlok saat musim panen, maka dibuatkan gudang penyimpan untuk menunda penjualan sehingga ketika harganya meningkat bisa dijual kembali. sumber Antara
HargaRata - Rata Kabupaten Pati Pembaruan Terkini, 28 Juli 2022. Komoditi Harga Ini Bulan Sebelumnya Keterangan; Beras IR 64 Premium (Kg) Rp 10.000,00: Rp 9.555,56: 4,65%: Bawang Merah (Kg) Rp 40.000,00: Rp 50.444,44: 20,70%: Bawang Putih Jenis Kating (Kg) Rp 32.000,00: Rp 34.444,44: 7,10%: Kontak Kami
HargaBawang Merah Di Alahan Panjang Hari Ini - Jika kalian yang masih mencari keterangan yang bersangkutan dengan Harga Bawang Merah Di Alahan Panjang Hari Ini Terbaru dapat kamu lihat di laman disini. kerap menyediakan keterangan Terbaru berkaitan dengan berbagai Katalog Promo Terbaru, Promosi JSM Terbaru, Harga Sepeda Motor Terbaru, Harga Tiket, Harga Hp Terbaru, Harga
Jakarta,CNBC Indonesia - Harga bawang merah di dalam negeri terpantau naik hari ini. Dalam sepekan, harga naik sekitar Rp450 per kg..Jika dibandingkan harga pada Januari 2022, ada lonjakan hingga lebih. Di mana, pada Januari 2022, harga bawang merah tercatat di per ini, Rabu 25/1/2023, Panel Harga Badan Pangan mencatat, harga bawang merah pada 18 Januari 2023 masih di per kg. Harga tersebut adalah rata-rata nasional di tingkat pedagang eceran. Lalu bagaimana produksi bawang merah nasional?Kementerian Pertanian Kementan menargetkan produksi bawang merah nasional tahun 2023 seluas hektare, di 33 provinsi dan 100 kabupaten, dengan 300 hektare diantaranya berupa kawasan bawang merah TSS."Untuk bawang merah kurang lebih sekitar hektare yang tersebar di berbagai provinsi," kata Direktur Jenderal Hortikultura Kementan Prihasto Setyanto dalam Rapat Kerja Nasional Rakernas Pembangunan Pertanian Tahun 2023, Rabu 25/1/2023.Namun demikian, berdasarkan data milik Kementan ternyata sebagian besar wilayah Indonesia masih defisit bawang merah. Bahkan untuk seluruh wilayah Kalimantan, Papua, Maluku, dan NTT seluruhnya mengalami defisit produksi bawang wilayah Kalimantan Barat mengalami defisit produksi 20 ha, Kalimantan Tengah 20 ha, Kalimantan Timur 20 ha, Kalimantan Utara 10 ha, Kalimantan Selatan 30 ha, Papua 20 ha, Papua Barat 20 ha, Maluku 30 ha, NTT 30 untuk wilayah dengan defisit produksi terbesar adalah wilayah Sumatra Utara, dengan total defisit bawang merah 100 wilayah lainnya yang juga mengalami defisit produksi bawang merah, yakni Aceh 30 ha, Riau 40 ha, Kepulauan Riau 20 ha, Jambi 30 ha, Bangka Belitung 20 ha, Sumatra Selatan 20 ha, Lampung 30 ha, Banteng 20 ha, Sulawesi Barat 40 ha, Sulawesi Tenggara 20 ha, Sulawesi Tengah 20 ha, Sulawesi Utara 30 ha, Gorontalo 30 ha, Maluku Utara 20 ha, Maluku 30 ada 7 wilayah yang mengalami surplus produksi bawang merah, yaitu Sumatra Barat 93 ha, Jawa Barat 843 ha, Jawa Tengah ha, DIY 50 ha, Jawa Timur 998 ha, NTB 20 ha, Sulawesi Selatan 197 ha."Tentunya daerah defisit pun kita dorong untuk pengembangan kawasan bawang merah," mengungkapkan, adapun upaya pengendalian inflasi dari komoditas strategis hortikultura, khususnya bawang merah adalah dengan penyediaan benih dengan soil block."Untuk bawang merah 34 juta benih bawang merah siap tanam dengan soil block. Pertama kita akan sebarkan di provinsi dulu, masing-masing provinsi 2 juta benih, nanti ke depan kita akan kembangkan sampai ke level Kabupaten," tuturnya."Strateginya adalah melalui kampung hortikultura, penumbuhan UMKM hortikultura, dan modernisasi hortikultura, termasuk modernisasi dari aspek pemasarannya," tambah itu, Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo mengungkapkan bahwa peningkatan produksi bawang merah menjadi salah satu strategi dalam menghadapi krisis pangan dunia, yaitu dengan peningkatan kapasitas produksi dalam menekan inflasi pada cabai dan bawang merah."Akan kami tingkatkan kapasitas produksi pangan, tidak ada pangan yang mundur. Ini janji saya kepada bapak wakil presiden. Strategi dalam menghadapi krisis pangan dunia. Pertama, peningkatan kapasitas produksi dengan menekan inflasi pada cabai dan bawang merah," tutur Kementan Tekan Inflasi PanganPertama, dengan melakukan peningkatan kapasitas produksi, utamanya komoditas-komoditas yang berafiliasi impor, bahwa dari 12 pangan pokok Indonesia masih melakukan impor untuk 4 komoditas, seperti kedelai, bawang putih, gula konsumsi, dan daging substitusi impor. Saat ini Indonesia masih mengimpor gandum setiap tahunnya tidak kurang dari 11 juta ton. 9 juta ton untuk pangan, dan 2 juta ton untuk sendiri, katanya, melalui tiga komoditas, yaitu ubi kayu, sorgum, dan sagu. Semua substitusi itu dilakukan dalam konteks tepung. Sementara untuk gula tebu, akan disubstitusikan dengan gula non tebu seperti Stevia, lontar, aren, sorgum, dan komoditas lainnya. Kemudian, substitusi daging sapi strateginya akan mengarah kepada komoditas ternak lain, seperti domba, kambing, dan ayam sebagai pengganti dari daging ketiga, ialah peningkatan ekspor. Tentunya untuk strategi ini, Kementan menegaskan bahwa komoditas yang diekspor merupakan komoditas yang berlebih di dalam negeri, bukan komoditas yang juga mengalami kekurangan. Seperti halnya, sarang burung walet, porang, ayam, dan telur. [GambasVideo CNBC] Artikel Selanjutnya Ada Petaka di Belahan Bumi Lain, Produksi Pangan RI Melesat! dce/dce Bisniscom, JAKARTA - Harga sejumlah komoditas pangan terpantau masih mengalami kenaikan pada hari ini, Minggu (3/7/2022). Utamanya kenaikan tersebut masih dialami jenis cabai, sedangkan harga minyak goreng mulai mendekati harga eceran tertinggi (HET).. Menurut Sistem Pemantauan Pasar dan Kebutuhan Pokok Kementerian Perdagangan cabai rawit merah harganya Rp94.000 per kilogram (kg) atau naik 0 - Harga bawang merah yang merangkak naik sejak Mei 2022, diperkirakan tidak berlangsung lama. Trend kenaikan saat ini merupakan imbas dari penurunan luas tanam saat bulan Maret lalu. Terlebih pada bulan tersebut, terjadi anomali cuaca yang cukup ekstrim dan kurang bersahabat bagi petani bawang merah. Dampaknya, terjadi pergeseran musim tanam yang berimbas pada turunnya produksi. Berdasarkan Data Statistik Pertanian Hortikultura SPH terpantau penambahan luas tanam pada bulan April dan Mei di berbagai sentra baik di Jawa maupun Luar Pulau Jawa. Alhasil panen bawang merah dalam beberapa hari ke depan di sentra seperti Bima, Pati, Brebes dan Probolinggo akan semakin marak. Berdasarkan data Early Warning System EWS Direktoral Jenderal Hortikultura Kementerian Pertanian, produksi bawang merah nasional bulan April 2022 sebesar ton sementara bulan Mei sebesar ton. Meskipun produksi April-Mei 2022 turun sebesar 11 % namun secara neraca kumulatif dari produksi bulan sebelumnya terkalkulasi masih mampu memenuhi kebutuhan nasional. Produksi nasional bawang merah tahun lalu bahkan mencapai 2 juta ton, dan tahun ini diperkirakan tidak akan terpaut jauh. Sejak 2017 hingga saat ini, Indonesia tercatat sudah tidak mengimpor bawang merah segar/konsumsi. Peningkatan luas tanam di bulan April-Mei 2022 mengindikasikan bahwa produksi bulan Juni-Juli 2022 akan berangsur normal kembali. Menurut Sekjen ABMI, M Ikhwan Arif, adanya penurunan produksi di bulan April-Mei tidak terlalu mengkhawatirkan. "Luas tanam bulan April di Brebes saja lebih dari hektar. Belum lagi di daerah lain seperti Bima, Probolinggo dan Solok. Pasokan untuk bulan Juni-Juli ini dipastikan akan berangsur normal kembali," kata Ikhwan. Pihaknya menyebut bahwa secara nasional, penurunan produksi bawang merah masih dalam kondisi terkendali. Terkait pemberitaan yang menyebut 80 % bawang merah gagal panen, Ikhwan meluruskan hal tersebut. "Bahwa ada serangan OPT itu benar karena kondisi cuaca ekstrim. Bulan Juni ini kita biasa dengan kondisi kering, namun saat ini dimana-mana curah hujan masih cukup tinggi. Tentu ini mendorong tumbuhnya hama penyakit tanaman. Soal persentasenya tentu pemerintah lebih lengkap datanya," terang Ikhwan. "Sekaligus saya klarifikasi dan mohon maaf sekiranya ada persepsi yang salah dari pernyataan saya sebelumnya terkait penurunan produksi bawang merah," imbuhnya. Dikonfirmasi terpisah, Ketua Umum ABMI, Juwari, membenarkan bahwa bulan Juni ini pasokan bawang merah akan berangsur normal kembali. "Pertengahan sampai dengan akhir Juni diharapkan pasokan sudah mulai normal. Kenapa pasokan Mei sampai hari ini berkurang, karena memang penanaman di bulan Maret lalu kurang berhasil akibat cuaca yang tidak menentu. Kalaupun ada penurunan tidak separah tahun 2020 lalu, tahun ini masih lebih baik dan terkendali." ujar Juwari. Ahmad Sholeh, Petani bawang merah Kendal mengaku, menyebut kenaikan harga bawang merah saat ini akibat dari banyaknya petani terutama petani pemula yang enggan menanam lagi sebagai ekses dari jatuhnya harga akhir tahun lalu. "Banyak petani yg mengeluh rugi, karena akhir tahun lalu jatuh harganya. Gak kuat lagi modalnya. Tapi kalau untuk petani yang sudah biasa, tetap menanam," kata Sholeh. Harga pupuk dan obat-obatan yang tinggi saat ini diakuinya sangat mempengaruhi biaya produksi. "Jadi kalau harga saat ini dianggap tinggi, sebenarnya ya nggak. Lha wong harga sarana produksi sekarang udah ganti harga begini, jadi harga acuan di dalam Permendag pun perlu juga diperbaharui" tukasnya. Sholeh memprediksi minggu depan pasokan mulai banyak, karena di Pati dan Bima mulai panen. Direktur Sayuran dan Tanaman Obat, Tommy Nugraha saat dikonfirmasi mengatakan pihaknya telah melakukan berbagai upaya untuk mengamankan produksi bawang merah. Menurut Tommy, setiap bulan pihaknya selalu memantau dan memperbaharui data perkiraan produksi untuk 1-2 bulan mendatang berdasarkan data terkini yang dihimpun dari berbagai sentra. Dalam berbagai kesempatan, Ditjen Horti disebutnya selalu menyampaikan perlunya kewaspadaan semua pihak terhadap upaya stabilisasi pasokan dan harga bawang merah ini. "Semua dalam pantauan dan terkendali termasuk permasalahan OPT dan dampak iklim. Percepatan tanam telah kami maksimalkan di lapangan. Kami optimis pasokan dan harga bawang merah Juni Juli ini akan kembali normal, sudah banyak panen di berbagai sentra yang siap dipasok ke pasar-pasar seluruh Indonesia" tandasnya. Adapunbawang merah ukuran kecil saat ini turun di kisaran Rp 25 ribu per kilogram. Menurut Narti, penurunan harga terjadi secara drastis dengan tahapan Rp 5.000 per hari. "Sekarang sudah stabilINFO NASIONAL - Harga bawang merah yang merangkak naik sejak Mei 2022, diperkirakan tidak 1berlangsung lama. Trend kenaikan saat ini merupakan imbas dari penurunan luas tanam saat bulan Maret pada bulan tersebut, terjadi anomali cuaca yang cukup ekstrim dan kurang bersahabat bagi petani bawang merah. Dampaknya, terjadi pergeseran musim tanam yang berimbas pada turunnya produksi. Berdasarkan Data Statistik Pertanian Hortikultura SPH terpantau penambahan luas tanam pada bulan April dan Mei di berbagai sentra baik di Jawa maupun Luar Pulau panen bawang merah dalam beberapa hari ke depan di sentra seperti Bima, Pati, Brebes dan Probolinggo akan semakin data Early Warning System EWS Direktoral Jenderal Hortikultura Kementerian Pertanian, produksi bawang merah nasional bulan April 2022 sebesar ton sementara bulan Mei sebesar ton. Meskipun produksi April-Mei 2022 turun sebesar 11 persen namun secara neraca kumulatif dari produksi bulan sebelumnya terkalkulasi masih mampu memenuhi kebutuhan nasional bawang merah tahun lalu bahkan mencapai 2 juta ton, dan tahun ini diperkirakan tidak akan terpaut jauh. Sejak 2017 hingga saat ini, Indonesia tercatat sudah tidak mengimpor bawang merah segar/ luas tanam di bulan April-Mei 2022 mengindikasikan bahwa produksi bulan Juni-Juli 2022 akan berangsur normal kembali. Menurut Sekjen ABMI, M Ikhwan Arif, adanya penurunan produksi di bulan April-Mei tidak terlalu mengkhawatirkan."Luas tanam bulan April di Brebes saja lebih dari hektar. Belum lagi di daerah lain seperti Bima, Probolinggo dan Solok. Pasokan untuk bulan Juni-Juli ini dipastikan akan berangsur normal kembali," kata menyebut bahwa secara nasional, penurunan produksi bawang merah masih dalam kondisi terkendali. Terkait pemberitaan yang menyebut 80 persen bawang merah gagal panen, Ikhwan meluruskan hal tersebut."Bahwa ada serangan OPT itu benar karena kondisi cuaca ekstrim. Bulan Juni ini kita biasa dengan kondisi kering, namun saat ini dimana-mana curah hujan masih cukup tinggi. Tentu ini mendorong tumbuhnya hama penyakit tanaman. Soal persentasenya tentu pemerintah lebih lengkap datanya," ujarnya Ikhwan. Dikonfirmasi terpisah, Ketua Umum ABMI, Juwari, membenarkan bahwa bulan Juni ini pasokan bawang merah akan berangsur normal kembali."Pertengahan sampai dengan akhir Juni diharapkan pasokan sudah mulai normal. Kenapa pasokan Mei sampai hari ini berkurang, karena memang penanaman di bulan Maret lalu kurang berhasil akibat cuaca yang tidak menentu. Kalaupun ada penurunan tidak separah tahun 2020 lalu, tahun ini masih lebih baik dan terkendali." ujar Sholeh, Petani bawang merah Kendal mengaku, menyebut kenaikan harga bawang merah saat ini akibat dari banyaknya petani terutama petani pemula yang enggan menanam lagi sebagai ekses dari jatuhnya harga akhir tahun lalu. "Banyak petani yg mengeluh rugi, karena akhir tahun lalu jatuh harganya. Gak kuat lagi modalnya. Tapi kalau untuk petani yang sudah biasa, tetap menanam," kata pupuk dan obat-obatan yang tinggi saat ini diakuinya sangat mempengaruhi biaya produksi. "Jadi kalau harga saat ini dianggap tinggi, sebenarnya ya nggak. Lha wong harga sarana produksi sekarang udah ganti harga begini, jadi harga acuan di dalam Permendag pun perlu juga diperbaharui," kata memprediksi minggu depan pasokan mulai banyak, karena di Pati dan Bima mulai Sayuran dan Tanaman Obat, Tommy Nugraha saat dikonfirmasi mengatakan pihaknya telah melakukan berbagai upaya untuk mengamankan produksi bawang merah. Menurut Tommy, setiap bulan pihaknya selalu memantau dan memperbaharui data perkiraan produksi untuk 1-2 bulan mendatang berdasarkan data terkini yang dihimpun dari berbagai berbagai kesempatan, Ditjen Horti disebutnya selalu menyampaikan perlunya kewaspadaan semua pihak terhadap upaya stabilisasi pasokan dan harga bawang merah ini. "Semua dalam pantauan dan terkendali termasuk permasalahan OPT dan dampak iklim. Percepatan tanam telah kami maksimalkan di lapangan. Kami optimis pasokan dan harga bawang merah Juni Juli ini akan kembali normal, sudah banyak panen di berbagai sentra yang siap dipasok ke pasar-pasar seluruh Indonesia," tuturnya.*
.